Marikita belajar dari pengalaman India. Sistem kesehatan nasionalnya telah dinyatakan gagal, sehingga India terpaksa meminta bantuan internasional. Lebih baik kita "mencegah kemadlaratan, dari pada mendahulukan kemaslahatan". Catatan: Pemerintah secara resmi mengeluarkan larangan mudik Lebaran terhitung mulai tanggal 24 April hingga 17 Mei 2021.
Bagaimana rasanya belajar di negara yang terkenal dengan sinema Bollywood dan kemajuan di bidang teknologi informasinya? Kali ini Indonesia Mengglobal berbincang dengan Popi Miyondri yang pernah belajar di New Delhi, India. 1. Hai Popi, boleh cerita sedikit mengenai Popi? Namaste, teman-teman semua. Nama saya Popi Miyondri, saat ini baru saja menyelesaikan pendidikan master jurusan French Language di Jawaharlal Nehru University JNU – New Delhi. Saya adalah orang Jambi namun ayah saya berasal dari Batu Sangkar Sumatera Barat. Di jenjang S1, saya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Prancis di Universitas Pendidikan Indonesia. Aktif berpengalaman organisasi saat masih S1 dulu dan hingga kini masih tetap terbawa ketika berada di New Delhi ini. Saya masih aktif mengikuti Perhimpunan Pelajar Indonesia di India, pada tahun 2014-2015 saya berkontribusi sebagai sekretaris PPI India. Selain itu pada tahun 2015-2016 saya memegang peran sebagai ketua PPI Komisariat Delhi. 2. Mengapa Popi memilih melanjutkan studi di India? Dulu tidak pernah terbayangkan bisa S2 di India. Berawal ketika salah satu teman Pengajar Muda sebutan fasilitator pendidikan di Indonesia Mengajar yang juga lulusan JNU memberikan info mengenai JNU dan kemudian saya tertarik. Yang paling banyak ditanyakan pada saya ketika orang tahu bahwa saya melanjutkan kuliah di India adalah “Mengapa India? Mengapa kuliah Bahasa Perancis justru di India?” Waktu itu saya menjawab, “Why not?” Bagi saya, belajar di universitas mana pun ketika universitas tersebut memiliki kredibilitas dan kualitas yang bagus adalah pilihan yang baik. Ini bukan tentang gengsi, karena kebanyakan orang barangkali berpendapat bahwa kuliah di negara-negara maju seperti kebanyakan negara di Eropa atau Amerika lebih terkesan keren. Menurut saya, jika kita memilih universitas sembarangan dan belajar asal-asalan, itu sama saja dengan menyia-nyiakan kualitas yang ada pada diri kita. JNU memiliki kualitas yang bagus di India dan setelah berada di sini, saya bisa merasakan kualitasnya melalui dosen-dosen yang mengajar di jurusan saya. Untuk jurusan Bahasa Perancis sendiri, saya mengambil jurusan ini agar linier dengan jurusan saya sewaktu S1. Hal ini berhubungan dengan cita-cita saya yang ingin menjadi dosen. 3. Bisakah Popi bercerita mengenai kehidupan/budaya kuliah di sana? Terkait dengan kehidupan di universitas saya, saya lebih merasakan suasana internasional di sini dibanding sewaktu saya kuliah S1 di Indonesia. JNU dapat diakses oleh mahasiswa-mahasiswa internasional dan JNU sendiri banyak bekerja sama dengan berbagai negara yang berhubungan dengan pendidikan. Kuliah di India sendiri memang harus sabar terkait sistem administrasi, terutama terkait kendala bahasa. Tidak semua pegawai di kampus dapat berbahasa Inggris, sehingga saya terkadang membawa teman India untuk menerjemahkan apa yang saya inginkan dalam bahasa Hindi. Malam budaya. Harga buku kuliah terbitan internasional juga sangat terjangkau, berbeda dengan di Indonesia. Selain itu, kita dapat mengakses jurnal internasional yang berbayar secara gratis di perpustakaan JNU. Walaupun mayoritas mahasiswa di kampus saya adalah mahasiswa India, namun tak sedikit pula mahasiswa asing dari berbagai negara yang berkuliah di sana. Ini berpengaruh pada seringnya diselenggarakan pesta seperti budaya kebanyakan negara-negara maju, misalnya pesta asrama, pesta perpisahan, atau pesta-pesta informal lain. Meski begitu, sisi khas India tetap terasa, dapat dilihat dari pakaian tradisional yang dipakai oleh masyarakat dan mahasiswa di sana serta perayaan berbagai macam festival keagamaan Hindu. 4. Apa saja kegiatan Popi selain kuliah? Selain kuliah, karena saya aktif di PPI India, kami melakukan berbagai kegiatan untuk mempererat tali persaudaraan dengan sesama teman PPI, teman teman di Indonesia, dan para pejabat/orang Indonesia yang berkunjung ke India. Kami juga memiliki program sosial, salah satunya adalah kegiatan PPI Delhi Winter Care. Kami membantu warga Delhi yang kurang mampu dan tunawisma dalam menghadapi musim dingin dengan membagikan selimut, jaket, beras, gandum, dan sejumlah materi kepada keluarga yang tidak mampu. Kegiatan PPI New Delhi. Selain di PPI, saya juga terlibat aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh International Student Association ISA di kampus. 5. Hal-hal unik apa yang Popi temui selama kuliah di India? Ada beberapa hal unik yang saya temui dan rasakan selama kuliah di India, misalnya biaya kuliah yang murah. Biaya kuliah di universitas saya tergolong sangat terjangkau untuk masyarakat India. Menurut orang India, tes masuk ke JNU sangat sulit, sehingga mahasiswa yang lulus di JNU sangat dikagumi. Biaya yang ditawarkan oleh JNU hanya Rs. 250,- per semester atau sekitar Rp. Untuk tinggal di asrama , penghuni asrama hanya cukup membayar sekitar Rp. per semester. JNU hanya menyediakan jenjang S2 dan S3 untuk semua jurusan, sedangkan S1 hanya ditawarkan untuk jurusan bahasa. Hal unik lainnya adalah bahasa. Kita umumnya berasumsi bahwa bahasa Hindi merupakan bahasa utama yang dipakai oleh masyarakat India. Namun India merupakan salah satu negara selain Kanada yang negaranya menerapkan multi-bahasa. Banyak berbagai bahasa yang dipakai di sana dan bahasa Inggris merupakan bahasa penghubung juga karena dulunya India pernah diduduki oleh Inggris. Saya juga tertarik dengan masakan India yang terkenal dengan bumbunya yanbg khas. Ketika kita mencicipi makanan India seperti roti, kari, dan manisan, kita biasanya langsung tahu bahwa makanan itu adalah makanan India. Bumbu khas India yang banyak digunakan dalam berbagai sajian dikenal dengan nama masala. 6. Apakah ada tantangan yang Popi hadapi di sana dan bagaimana cara Popi mnghadapinya? Dalam pergaulan tentu kita harus pandai dalam memilih teman, karena pergaulan bebas bisa kita rasakan di sana. Oleh karena itu, pergaulan merupakan tantangan yang harus saya hadapi dan kelola secara matang. Bersama teman-teman kuliah. keamanan Bukan hal baru lagi jika India dikenal senagai negara dengan tingkat keamanan untuk wanita yang mengkhawatirkan. Bagi saya sebagai seorang wanita, menjaga diri merupakan tantangan terbesar. Meski begitu, saya merasa senang karena JNU peduli dengan keamanan mahasiswanya dengan menyediakan petugas jaga 24 jam di berbagai titik. Tentunya saya juga selalu waspada ketika keluar dari kompleks kampus. tentang India dan Indonesia Walau pun kuliah di jurusan Bahasa Perancis, contoh-contoh dari pembelajaran yang banyak digunakan oleh dosen di sana berasal dari kehidupan sehari-hari di India. Sebagai representasi dari Indonesia, saya terkadang ditanya mengenai negara asal sehingga pengetahuan tentang kedua negara juga harus saya ketahui. 7. Apakah Popi memiliki pesan atau tips untuk teman-teman IM yang ingin belajar di India? Saya yakin bahwa teman-teman IM sudah tentu paham bagaimana harus bersikap ketika keluar dari comfort zone. Sebagai representasi Indonesia, kita sebaiknya bersikap sebagai orang Indonesia yang memiliki budaya Timur dan juga memiliki pengetahuan luas akan negaranya. Kita juga harus ingat akan tujuan kita belajar. Mengelola ekspektasi dalam hal perbedaan budaya juga dapat membantu kita dalam menerima budaya di negara tujuan, tentunya kita pilih mana yang baik. Selain itu, pencarian beasiswa juga diperlukan untuk mengurangi beban biaya selama kuliah di negeri orang. Banyak beasiswa yang bisa diambil, misalnya Beasiswa Unggulan dari Kemdikbud bagi teman-teman yang sudah kuliah terlebih dahulu namun dengan biaya sendiri. Beasiswa tersebut sangat membantu saya secara finansial ketika kuliah di India. Featured image diambil dari
PengalamanTinggal di Mansion Jepang. 5:30:00 PM. Selamat siang.. Kemaren ada yang nanya gimana lokasi tempat tinggal saya sewaktu di Jepang. Jadi saya mau curhat sedikit tentang mansion yang saya huni di Sakae. Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan biaya hidup tertinggi. Apalagi bagi yang tinggal di Jepang, mencari lokasi tempat
Saya baru berkesempatan ke India beberapa kali. Tapi, dari sekian kunjungan itu, dapat dibilang hampir semua wilayah utama di India –Utara, Tengah dan Selatan, sudah terjelajahi. Tahun 2015, saya berkesempatan ke kawasan Kashmir di Utara dan sebagian kawasan Rajashtan di India Tengah. Setahun berselang, giliran kawasan Kerala di Selatan India yang saya eksplor selama 2 minggu. Bahkan, awal tahun 2020 ini saya berkesempatan kembali ke Kerala bersama beberapa orang kawan baru. Keindahan senja di Pantai Kovalam Walaupun di Kerala tidak banyak bangunan megah yang bersejarah layaknya benteng atau kuil-kuil besar, namun Kerala terkenal dengan keindahan alamnya. Sekilas memang sama dengan Indonesia, namun gaya hidup masyarakat di sana yang masih bergantung dengan alam patut dijadikan contoh. Selaras dengan Alam ala Masyarakat Kerala Kerala sendiri berasal dari bahasa Malayalam dan merupakan gabungan dari dua kata yakni “Kera” yang berarti “Pohon Kelapa” dan alam atau “Land” sehingga Kerala dapat diartikan “Land of Coconuts” atau “Tanah Kelapa”. Saat ke sana, memang pohon kelapa dengan mudah akan dijumpai. Jika di Indonesia pohon Kelapa identik dengan kawasan pantai, di Kerala, hampir semua tempat ada pohon kelapanya. Baik itu di pinggir sungai, danau atau juga di kawasan perkotaan. Human by Nature Aktifitas masyarakat di Allepey Keindahan Pantai Kovalam Kebun teh di Munnar, Kerala Salah satu pengalaman berkesan saya selama di Kerala yakni saat menginap di Kettuvallam, sebuah rumah perahu yang menjadi ciri khas kota Alleppey di mana wisatawan akan diajak menyusuri Sungai Pampa dan melihat kehidupan masyarakat sekitar. Hasil perkebunan di Kerala Proses pembuatan Toddy Petani lokal Di pinggir sungai Pampa, masyarakat masih hidup dengan cara tradisional. Mereka masih menangkap ikan dengan menggunakan jala dan pancing. Di sebuah desa kecil tak jauh dari sana, saya juga pernah melihat masih ada warga yang membuat atap dari daun kelapa dan memintal tali dari serat batok kelapa. Selaras bersama Alam di Kerala Membuat atap dari daun kelapa Pembuatan tali dari ijuk kelapa Proses pemintalan tali ijuknya Lucunya, berbeda dengan Indonesia, warga lokal menciptakan alat khusus yang digunakan untuk memanjat pohon kelapa. Dari air-air kelapa inilah kemudian mereka membuat toddy palm wine, minuman berfermentasi dari air kelapa. Menurut teman-teman saya yang mencicipi sih enak. Tapi, saya pribadi tidak cocok minum minuman yang baunya cukup menyengat ini. Saat saya mengunjungi pantai di sekitaran Trivandrum, ibu kota Kerala, saya juga melihat para nelayan masih menggunakan perahu tradisional. Di sisi lain pantai di kota Kochi, jala-jala berukuran raksasa digunakan masyarakat untuk mencari ikan. Selaras bersama Alam di Kerala Penjual kelapa di Kerala Alat menangkap ikan di Kerala Sadhya, makanan khas Kerala Saya nggak bilang masyarakat Kerala tidak bersentuhan dengan moderenitas, tapi, sepanjang penglihatan saya, mereka masih menjunjung tinggi alam yakni dengan cara hidup berdampingan dan memanfaatkan sebaik-baiknya tanpa harus merusak. Di kesempatan lain, saya pernah juga menginap di kawasan perkemahan di kaki Gunung Phantom di Munnar. Luar biasa pengalaman “menyatu” dengan alam yang terus terang belum pernah saya rasakan di negeri sendiri. Baru kali itu saya tidur menggunakan tenda di hutan dengan suara-suara serangga yang bikin tidur semakin nyenyak. Selaras dengan Alam di Kerala Keindahan hutan di Kerala Perkemahan di kaki gunung Phantom Alat menangkap ikan di Kerala Kerala adalah rumah bagi beberapa taman nasional. Saya beruntung dapat mendatangi salah satunya, yakni Taman Nasional Periyar seluas 925 km persegi yang jika saya tidak melihat langsung keasrian taman nasional ini, saya nggak akan nyangka jika ini adalah taman nasional buatan! Seni dan Agama yang Berpadu di Kerala Sebelum saya singgung soal seni dan agama yang berpadu dengan baik di Kerala, coba lihat video di bawah ini. Video dengan judul Human by Nature ini menunjukkan keharmonisan masyarakat Kerala dengan alam termasuk juga dengan seni, budaya dan agama yang ada di sana. India memang dikenal sebagai negara dengan pemeluk agama yang beragam. Ada Hindu, Buddha, Kristen dan Islam. Di Kerala pun masyarakatnya heterogen dan semua hidup damai berdampingan. Bagi umat Islam seperti saya, tidak sulit untuk menemukan masjid di sana. Pun umar Kristen yang juga jadi agama minoritas, untuk menemukan gereja juga mudah. Salah satu gereja indah yang pernah saya jumpai itu bernama Matummala Matha atau Our Lady of Good Health Church yang berada di tengah perkebunan teh. Indah sekali! Tak jauh dari sana kami juga sempat mampir ke Kalvary Mount/Kalliyanathandu yang merupakan situs ziarah yang berada di perbukitan dan menawarkan pemandangan indah Waduk Idduki. Keindahan Gereja Matummala Matha Kalau ini pemandangan di sekitaran Kalvary Mount Bahkan, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, di Kochi, saya berkesempatan untuk berkunjung ke kanisah yang merupakan rumah peribadatan umat Yahudi walaupun saya gagal masuk karena jam kunjungan sudah berakhir. Sebuah kesenian yang erat kaitannya dengan sisi spritualitas juga ada di Kerala. Kesenian tari itu bernama Kathakali itu juga merupakan drama musikal di mana penarinya akan menggunakan riasan wajah dan kostum yang berwarna-warni. Tarian yang muncul di video klip Coldplay berjudul Hymn For The Weekend ini biasanya menggambarkan cerita klasik Ramayana, Mahabhrata dan berbagai kisah mitologi Hindu. Festival di Sree Kumaramangalam Gajah juga dilibatkan dalam sebuah festival semacam ini Dalam sebuah pertunjukkan, tak jarang mereka juga mengajak hewan. Umumnya sih gajah yang memang banyak terdapat di India. Saya bertemu gajah liar di Taman Nasional Periyar, namun di beberapa kesempatan pertunjukkan, saya kembali menjumpainya, termasuk saat melihat festival di Sree Kumaramangalam dengan segala macam atraksinya. Sebuah keharmonisan yang bikin iri! Dengan adanya harmonisasi dan selarasnya kehidupan masyarakat Kerala dengan alam sekitar, tak heran jika perjalanan ke Kerala selau meninggalkan kesan yang dalam. Dan, tentu saja ada rasa rindu untuk kembali lagi ke sana di masa yang akan datang. Ada yang mau ke Kerala bersama saya? Yuk! Harmonisasi kehidupan masyarakat dengan alam Artikel ini disponsori oleh Kerala Tourism. Untuk informasi lengkap mengenai Kerala dapat dilihat di KERALA TOURISM Situs Instagram keralatourism Facebook Kerala Tourism Twitter Keralatourism Youtube Kerala Tourism

Berikutpengalaman jajan orang-orang Indonesia di India. 1. Jajan Pani Puri Youtuber bernama Mursid Affandi berkunjung ke India belum lama ini. Ia jajan pani pur, kudapan manis yang sangat populer di India. Selain terkenal karena lezat, jajanan ini juga terkenal karena proses pembuatannya yang dianggap menjijikan.

Namasaya Faiz Syauqi Hidayah, dan saat ini sedang menjalani pendidikan S1 di National Institute of Technology (NIT) Warangal, jurusan Teknik Kimia. Saya memulai kuliah di India tahun 2012. Saya berasal dari Nabire, daerah Papua, tapi lama tinggal di Bojonegoro. 2. Bagaimana awalnya perjalanan kakak hingga akhirnya sampai berkuliah di NIT? Turperkampungan kumuh Dharavi di Mumbai - dikenal sebagai daerah kumuh terbesar di Asia - mendapat pengakuan sebagai "pengalaman wisata terbaik" dari situs perjalanan populer.
NEWDELHI, 3 Ogos (Bernama) -- Peluang berkhidmat di New Delhi adalah satu pengalaman yang amat berharga memandangkan kepelbagaian hubungan Malaysia-India dengan skop pertumbuhan luas, kata ketua misi Malaysia ke India yang bakal menamatkan tugasnya di negara itu. Pesuruhjaya Tinggi Malaysia Datuk Hidayat Abdul Hamid berkata sepanjang lebih lima
Jujurane waktu dateng ke malaysia agak bingung setelah tau kalo ternyata kebanyakan karyawan security, pelayan restoran dan buruh di malaysia itu orang asing. kalo kata temen ane ini terjadi karena rata rata penduduk di malaysia itu punya tingkat pendidikan yang tinggi gan otomatis mereka jarang yang mau kalo di suruh kerja seperti itu nah karena itu lah makanya malaysia banyak memakai jasa2 tenaga kerja asing seperti dari Indonesia,Bangladesh, myanmar, nepal, india dll.
Darikeduanya, hanya India yang saya tinggali cukup lama sehingga bisa membandingkannya dengan Indonesia. Saya tinggal di India utara (punjab) yang memiliki empat musim, memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Sikh, kultur budaya yang unik, dan tingkat kemajuan teknologi yang cukup advanced. Budayadi India, Sistem kekeluargaan sangat kental. Mereka suka tinggal dalam keluarga besar. Setelah menikah wanita diboyong dan masuk dalam keluarga Pria. Dalam apartemen kecil, disana ada orang tua, mungkin kakak juga kakak ipar dan anaknya. Mungkin juga ada adik adiknya. Nggak ada privasi sama sekali. .
  • 43oda96s6m.pages.dev/281
  • 43oda96s6m.pages.dev/366
  • 43oda96s6m.pages.dev/376
  • 43oda96s6m.pages.dev/169
  • 43oda96s6m.pages.dev/91
  • 43oda96s6m.pages.dev/244
  • 43oda96s6m.pages.dev/241
  • 43oda96s6m.pages.dev/298
  • pengalaman tinggal di india